Popular Post

Pengunjung

ARSIP

  • Breaking News
    Loading...
    Selasa, 06 Desember 2011

    Membangkitkan Wayang Topeng Jatiduwur Kesamben

     Suara gamelan tradisional mengalun rancak di tepian Sungai Brantas Desa Jatiduwur Kecamatan Kesamben, Jombang, pada Minggu (4/12/2011). Tiga orang perempuan dengan wajah tertutup topeng berlenggak-lenggok mengikuti irama itu. Para penari itu sedang memperagakan tari topeng Jatiduwur.


    Di belakang tiga penari itu, sedikitnya 75 bocah SD mengikuti gerak mereka.  Dengan  berlenggak-lenggok dengan gerak ritmis. Paling akhir adalah sebuah mobil bak terbuka yang mengangkut seperangkat gamelan. Itulah,  rombongan Komunitas Seni Wayang Topeng khas Desa Jatiduwur sedang melakukan kirab keliling desa sebagai upaya uri-uri budaya.

    Hanya saja, topeng yang digunakan oleh tiga penari di barisan paling depan sangat berbeda dengan topeng yang digunakan oleh puluhan bocah SD tersebut. Yang dipakai oleh bocah SD tersebut merupakan topeng debog, yakni topeng yang terbuat dari kulit pelepah pisang.

    Sepanjang jalan-jalan yang dilalui kirab, masyarakat menyambut dengan antusias. Banyak pula yang mengabadikan momen langka itu dengan kamera di ponsel mereka. "Ini merupakan cara untuk menggugah masyarakat untuk kembali mencintai kesenian tradisional," kata Ketua Komunitas Seni Wayang Topeng Jatiduwur, Supriyo (54), usai acara.

    Supriyo mengungkapkan, kirab wayang topeng itu sejatinya untuk menyambut ulang tahun komunitas yang didirikan 10 tahun silam. Selain itu juga untuk terus membangkitkan dan menghidupkan  seni tradisional agar tidak mati suri. Maklum saja, derasnya gempuran seni modern, membuat wayang topeng tak diminati. Padahal, topeng wayang khas Jatiduwur punya sejarah panjang.

    "Seni wayang topeng ini sudah ada sejak abad 19. Jika tidak diselamatkan, seni wayang topeng khas Jatiduwur ini akan hilang  tergerus zaman. Puncak acaranya malam ini dengan menghadirkan pentas wayang topeng," ujar Supriyo menambahkan.

    Supriyo menjelaskan, untuk uri-uri seni tradisi tersebut, pihaknya membentuk komunitas wayang topeng sejak 10 tahun silam. Tujuannya tentu saja agar seni yang sudah langka ini tidak hilang ditelan zaman. Walhasil, hingga saat ini anggota dari komunitas tersebut mencapai 15 orang.

    Terkait dilibatkannya anak-anak usia SD dalam kirab tersebut, Supriyo bermaksud mengenalkan  kesenian wayang topeng ini kepada generasi penerus sejak dini. Seni wayang topeng Jatiduwur sendiri, kata Supriyo, diduga berasal dari Trowulan, Mojokerto, yang merupakan pusat kekuasaan Majapahit. "Berdasarkan cerita dari orang-orang tua disini, tiga topeng yang dikirab merupakan asli peninggalan zaman Majapahit," kata Supriyo sembari menunjukkan topeng terbuat dari kayu yang dimaksud.
    Pementasan Wayang Topeng Jatiduwur ini beberapa waktu yang lalu telah di tampilkan di pendopo Pemkab Jombang, pada Jum’at (19/11) malam. Hadir  mbah Santriman, yang merepro topeng, jajaran  komite Dewan Kesenian Jombang, Disporabudpar,  pecinta benda cagar budaya, mahasiswa, MGMP  guru kesenian, dan sejumlah  pimpinan  sanggar tari di Jombang. Mereka  duduk lesehan sambil menikmati kesenian asli  dan berdiskusi bagaimana untuk merekontruksi dan merevitalisasi wayang topeng asli  Jatiduwur Kesamben.(Wati_SJAM)

    Jombang, 6 Desember 2011
    LPPL Radio Suara Jombang AM

    0 komentar:

    Posting Komentar