Popular Post
- Ketahanan pangan nasional mulai rentan dan rapuh. Pernyataan ini diungkapkan oleh Bupati Jombang, Drs.H Suyanto, MM dalam Rapat Koordinasi...
- Pemisahan Rohman – Rohim, bayi kembar siam dempet pinggul asal Jombang sungguh menyita perhatian public. Bagaimana tidak, kedua bayi anak ...
- Persoalan tembakau memang tak hanya milik Jombang. Masalah pelik yang dialami para petani tembakau ini bahkan sudah menasional. Di kota sa...
- Lomba Tingkat III Pramuka Penggalang :Gotong Royong Dirikan Tenda Untuk mempersiapkan Pramuka Pengalang sebagai kader Bangsa yan...
- Kabupaten Jombang diawal tahun 2012 kembali berhasil mengukir prestasi ditingkat nasional. Penghargaan tersebut diraih oleh Pusat Informasi...
- Program kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di Kabupaten Jombang dimulai. Launching program ini dilaksanakan serentak di dua kecamatan...
- Prestasi membanggakan kembali diraih Bupati Jombang Drs. H. Suyanto MM yang telah terpilih sebagai salah satu kepala daerah di Indonesia y...
Pengunjung
ARSIP
-
▼
2013
(159)
-
▼
Juli
(9)
- Sebanyak 2500 Maskin Menerima Sembako Murah
- Ramadhan, PMI Jombang Amankan Stok Darah
- Polres Jombang Tindak Tegas Ormas Yang Melakukan S...
- Jombang Kabupaten Layak Anak Tingkat Madya
- Ulama Dan Tokoh Jombang Nobar “Sang Kiai”
- Semarak Ramadhan 1434 H Di Kabupaten Jombang
- JAMBORE ANAK JOMBANG 2013
- Upacara HUT Bhayangkara Ke 67 Polres Jombang
- Permata CAI Ke 34 Dorong Kemandirian Dan Kewiraus...
-
▼
Juli
(9)
Breaking News
Loading...
Jumat, 19 Juli 2013
Ulama Dan Tokoh Jombang Nobar “Sang Kiai”
Kantor DPRD Jombang disulap menjadi gedung bioskop. Kantor wakil
rakyat tersebut dijadikan tempat nonton bareng (nobar) film 'Sang Kiai', Kamis
(18/7/2013)sore. Acara yang dirangkai dengan buka puasa bersama tersebut dihadiri Bupati dan seluruh pejabat dilingkup pemkab
Jombang, Forpimda (Forum Pimpinan
Daerah) serta ulama dan tokoh masyarakat. Hadir pula, pengasuh Ponpes (Pondok
Pesantren) Tebuireng yang juga cucu Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, KH
Salahuddin Wahid atau Gus Solah.
Nobar film yang berisi kisah perjuangan Hasyim Asy'ari mengusir
penjajah itu diawali sambutan Gus Solah. Lelaki berkacamata minus ini menyambut
baik acara yang digagas oleh Forpimda Jombang. Apalagi, film yang berdurasi dua
jam itu memang berkisah tentang perjungan kakeknya yang juga putra asli
Jombang.
"Yang terpenting lagi, bahwa ulama dan pesantren punya andil
cukup besar dalam mendirikan NKRI. Kalau ada yang bilang bahwa NKRI adalah
negeri taghut adalah tidak benar. Film ini membuktikan bagaimana kiai, santri,
berjuang mengusir penjajah," kata Gus Solah.
Begitu film diputar, suasana gedung DPRD berubah menjadi gelap. Tak
berselang lama, layar berukuran besar yang berada di ujung gedung memunculkan
gambar lelaki tua mengenakan surban putih. Lelaki itulah Hadratusy Syaikh
Hasyim Asy'ari yang diperankan oleh aktor kawakan Ikranagara.
Dalam film itu diceritakan, pendudukan Jepang terhadap Indonesia.
Ironisnya, kehadiran Nippon ke tanah air itu justru lebih kejam dari penjajahan
Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu
Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat
kepada Matahari).
KH Hasyim Asyari sebagai ulama besar menolak untuk melakukan Sekerei
karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam.
Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT.
Karena tindakannya yang berani itu, pendiri Ponpes Tebuireng itu akhirnya
ditangkap oleh tentara Jepang.
KH Wahid Hasyim, salah satu putra Hadratusy Syaikh mencari jalan
diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu
santri Tebuireng yang lebih mengedepankan cara kekerasan untuk membebaskan sang
kiai. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan
gurunya. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban
berjatuhan.
Bagian penting dari film karya sutradara Rako Prijanto adalah peran
Kiai Hasyim mengumpulkan ulama besar untuk membahas resolusi jihad. Dalam
pertemuan bulan September 1945 itulah lahir fatwa jihad yang digulirkan oleh
ulama NU. Intinya, seluruh umat Islam hukumnya fardu ain untuk ikut berperang
mengusir penjajah. Resolusi itu pula sebagai pelecut pecahnya perang 10
November di Surabaya.
Bupati Jombang Suyanto mengaku bahwa film yang mengambil kisah dari tokoh besar asal Kabupaten Jombang itu sangat istimewa.
“Filim ini penting karena kita bisa menyaksikan peran ulama asal Jombang,
terutama Kiai Hasyim Asy’ari yang begitu besar perjuangannya dalam mengusir penjajah untuk merebut " ungkap
Suyanto.(Wati_SJAM)
Jombang, 19 Juli 2013
Radio Suara Jombang AM
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar