Popular Post
- Ketahanan pangan nasional mulai rentan dan rapuh. Pernyataan ini diungkapkan oleh Bupati Jombang, Drs.H Suyanto, MM dalam Rapat Koordinasi...
- Pemisahan Rohman – Rohim, bayi kembar siam dempet pinggul asal Jombang sungguh menyita perhatian public. Bagaimana tidak, kedua bayi anak ...
- Persoalan tembakau memang tak hanya milik Jombang. Masalah pelik yang dialami para petani tembakau ini bahkan sudah menasional. Di kota sa...
- Lomba Tingkat III Pramuka Penggalang :Gotong Royong Dirikan Tenda Untuk mempersiapkan Pramuka Pengalang sebagai kader Bangsa yan...
- Kabupaten Jombang diawal tahun 2012 kembali berhasil mengukir prestasi ditingkat nasional. Penghargaan tersebut diraih oleh Pusat Informasi...
- Program kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di Kabupaten Jombang dimulai. Launching program ini dilaksanakan serentak di dua kecamatan...
- Prestasi membanggakan kembali diraih Bupati Jombang Drs. H. Suyanto MM yang telah terpilih sebagai salah satu kepala daerah di Indonesia y...
Pengunjung
Breaking News
Loading...
Kamis, 21 Februari 2013
Desa Siaga Aktif Memudahkan Akses Pelayanan Kesehatan
Sejak
tahun 2008, program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang didanai oleh
World Bank (Bank Dunia, red) telah dijalankan di beberapa desa. Hasilnya, dari
survey lapangan yang dilakukan Dinas Kesehatan, kasus diare yang ditemukan
turun drastis. “Ini kurva penurunan terjadinya kasus diare di Jombang dari
tahun 2008 sampai 2012” kata Heri Wibowo, Kepala Dinas Kesehatan. sembari
menunjuk dinding yang digunakan sebagai layar proyektor. Kegiatan ini berkaitan
dengan kunjungan rombongan dari Kementerian Kesehatan Pusat dan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur pada acara Workshop Pembelajaran dan Rencana Tindak Lanjut
Program Pelembagaan Penguatan Kapasitas STBM di Jombang di Ruang Rapat Wabup
pada Selasa (29/1/2013).
Kegiatan ini bertujuan untuk memahami konsep dan dinamika pelaksanaan STBM atau CLTS (Community Lead Total Sanitation) secara menyeluruh di lapangan, memahami hubungan dan pengintegrasian program-program Kementerian Kesehatan terkait sanitasi seperti Desa Siaga dan kurikulum PPSDM, dan membuat rencana tindak lanjut program pelembagaan STBM.
Selanjutnya,
Warto, Asisten I, menyambut baik atas kunjungan ini karena akan semakin
membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan
khususnya program nasional STBM yang berkontribusi pada MDGs, strategi ini
menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang terkait dalam penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi
total berbasis masyarakat.
STBM
adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk menganalisa
kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat
dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air
besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang
dilakukan dalam STBM menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada
masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini kesadaran akan
kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Dari pendekatan
ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB di sembarang
tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua
masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara
bersama.
Prinsip
pendekatan STBM adalah non subsidi. Masyarakat akan di “bangkitkan”
kesadarannya bahwa masalah sanitasi adalah masalah masyarakat sendiri dan bukan
masalah pihak lain. Dengan demikian yang harus memecahkan permasalahan sanitasi
adalah masyarakat sendiri. Di harapkan dengan bermula dari STBM, kemudian
dilanjutkan dengan program kesehatan lainnya seperti program kampanye cuci
tangan, dan program kesehatan lainnya, peningkatan kesehatan masyarakat melalui
perilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud.
Warto
menambahkan bahwa awal mula munculnya program sanitasi ini adalah dari
kegagalan tahun-tahun sebelumnya dimana pemerintah hanya memberikan fisik
bangunan jamban yang baik tanpa memberikan sosialisasi yang tepat, sehingga
banyak dijumpai jamban yang rusak. Tetapi sejak tahun 2008 yang lalu pemerintah
melakukan sosialisasi dan pendekatan bagaimana merubah perilaku masyarakat dari
membuang kotoran di sembarang tempat ke tempat yang semestinya, hingga
terwujudnya ODF dimana setiap individu dalam komunitas tidak buang air
sembarangan.
Sementara
itu Zainal Ilyas Nampira, wakil dari Kementerian Kesehatan, mengatakan bahwa Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu indikator dalam standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten dan Kota. Hal tersebut telah di
atur dalam Permenkes No. 741 Tahun 2008 dan Kepmenkes No. 828 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan Kab/Kota yang
menyebutkan, salah satu indikatornya adalah cakupan Desa Siaga Aktif berkisar
80% pada Tahun 2015. Desa dan Kelurahan siaga aktif memberikan kemudahan bagi
penduduknya untuk mengakses pelayanan kesehatan dasar setiap hari melalui
Poskesdes/Pustu/sarana kesehatan lainnya juga mendapatkan kesempatan
mengembangkan UKBM dan melaksanakan survilens berbasis masyarakat, serta
penyehatan lingkungannya sehingga masyarakatnya menerapkan Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Kementerian
Kesehatan RI telah menetapkan visi Pembangunan Kesehatan untuk tahun 2010-2014
yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, dengan misi 1)
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani, (2) Melindungi kesehatan masyarakat
dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu,
dan berkeadilan, (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan,
dan (4) adalah menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Menjawab
ulasan dari Kementerian Kesehatan, Heri Wibowo memaparkan salah satu Desa Siaga
Aktif yaitu di Desa Segodorejo, Sumobito yang ditetapkan sebagai Desa Siaga
Aktif Tingkat Purnama karena beberapa kriteria sudah terpenuhi diantaranya
sudah mempunyai kader kesehatan sebanyak 107 (kader balita, lansia, bagas dan
jumantik), kemudahan akses yankesdes, serta tersedianya posyandu dan unit
kesehatan berbasis masyarakat lainnya. (aries_SJAM)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar